Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SELAMAT JALAN, MBAH UTI


KAMIS. 8 NOVEMBER 2012
Pagi hari menjelang berangkat kerja, mendapati SMS masuk dari bulik Umi.
_Arin, simbah sehat? Simbah mau datang ke sini kan, Ada pengajian?_
Aku bergegas menyampaikan ke simbah uti ku perihal SMS dari putrid tercintanya itu.
“simbah pengen ke sana, kalau sehat, kalau ada yang nagnterin”
Aku pun menyampaikan kembali kepada bulik Umi via SMS.
“apa dianterin naik motor saja?” kali ini ibuku yang urun suara. Tapi simbah menolak dengan mengatakan tidak berani naik motor jauh-jauh, takut tidak kuat.
Ibu dan aku sama-sama terdiam, bingung dengan pikiran masing-masing bagaimana caranya mengantarkan simbah ke sana karena beberapa hari ini memang bukan jadwalku libur.

JUM’AT, 9 NOVEMBER 2012
Pagi-pagi simbah kembali bertanya,
“Besok libur kan? Besok anterin simbah ke tempat bulik ya, siangan aja”
“Tapi Arina besok siang mau kondangan, Mbah. Kalau pagi saja bagaimana?” dengan sedikit berat kujawab pertanyaannya.
“Yasudah, besok pagi nggak apa-apa yang penting kamu nemenin simbah”
“Nggih, Mbah.. insyaAllah, jawabku meyakinkan
Dan saat aku pulang ke rumah menjelang magrib setelah seharian bekerja dan mengajar les di panti asuhan, aku melihat simbah uti ku duduk di kursi di depan TV, seperti biasa ia akan menyapaku ketika aku pulang ke rumah.
Aku pun kembali disibukkan dengan agenda-agendaku menyiapkan mentoring bersama adik-adik SMP esok hari juga menyelesaikan beberapa tulisan karena dikejar deadline.
Masih kudengar batuk-batuk mbah uti yang besar dan sesekali keluhannya karena terlalu lama batuk tak sembuh-sembuh. Masih pula kudengar ia mengeluh tak bisa banyak membaca al-Qur’an karena sering buang angin terlebih ketika batuk. Alhasil ia harus bolak-balik mengambil air wudhu agar bisa tilawah, sementara di Wonosobo yang dingin itu teramat berat rasanya untuk berkali-kali mengamboil air wudlu, terlebih kondisi simbah sedang kurang sehat.


SABTU, 10 NOVEMBER 2012
Pukul 6 pagi, simbah mulai berkemas, meminjam tas milikku yang sedang untuk tempat mambawa pakaian ganti selama beberapa hari menginap di rumah bulik. Ia pun telah menitipkan uang yang rutin ia berikan kepada tetangga yang membutuhkan, sebagian dari gaji pensiunnya.
Pukul 7 pagi ia telah siap berangkat tapi aku belumlah usai mencuci pakaian yang pagi ini cukup menumpuk. Ia pun menungguku sembari duduk di depan TV, menonton acara pagi yang mungkin sebenarnya kurang menarik untuknya.
Pukul 9 tepat aku telah siap berangkat. Kami berangkat menumpang ojek dari depan rumah, aku yang membawakan tas tangan dan tas pakaiannya. Sampai  di jawar kami pun mealnjtkan dengan menumpang angkot hingga perempatan hotel kresna, menyambung lagi dengan angkot yang lain. Di dalam angkot kami bertemu dengan tetangga desa (yang meskipun tidak kenal tetapi bisa ngobrol enak dengan kami).
Turun dari angkot kami masih harus melanjutkan perjalanan dengan menumpang ojek kembali. Maklum, simbah sudah tidak kuat untuk berjalan kaki.
Saat menuju rumah bulik, kami pun berpapasan dengan tetangga bulik yang kami kenal dan sejenak berbasa-basi.
Kurang lebih pukul 10 sampai di rumah bulik, momen yang cukup membahagiaan bulik karena akhirnya simbah bisa datang.
Saat itu bulik sedang sibuk menyiapkan makanan untuk acara pengajian hari ahad besok. Aku pun belajar untuk membuat kue lapis.
Pukul 11 siang aku pun harus pergi untuk menghadiri walimatul ‘urs seorang sahabat, maka tanpa menunggu kue matang aku pun pamitan. Tak ada yang khusus disampaikan simbah waktu itu. hanya ucapan seperti biasanya, ‘hati-hati’.
Setelah menghadiri acara walimah, bersama sahabatku menjenguk seorang kenalan yang sakit di RSI. Kebetulan tempat walimah dan RSi berdekatan sehingga kami putuskan untuk langsung ke sana. Subhanallah… siang itu mendapatkan pelajaran tentang beratnya perjuangan seorang ibu: melahirkan. Sang ibu yang telah berhasil melalui masa sulit itu masih harus dirawat karena sakit yang lain, bayinya pun sakit, alhasil mereka harus berpisah selama beberapa hari. Subhanallah.. semoga Allah membalas perjuanganmu itu dengan yang lebih baik, kak.
Keluar dari RSI, hujan mulai menderas tapi mau tak mau kami harus melanjutkan agenda seperti yang telah direncanakan: menengok sahabat yang lain yang juga baru melahirkan.
Subhanallah… hari yang benar-benar padat karena aku pun masih harus mengisi mentoring anak-anak SMP. But bismillah n enjoy it! Niatkan untuk ibadah, insyaAllah.
Hari ahad esok aku harus berangkat ke Semarang mewakili rakorwil santika Jateng. Aku pun menyiapkan bekal dan perlengkapan yang harus ku bawa.  Tepat ketika adzan maghrib berkumandang aku telah sampai ke mbali dirumah. Alhamdulillah…
Ba’da isya, aku masih melanjutkan menulis beberapa tulisan yang menjelang deadline, namun ibu ku tercinta mengingatkan aku untuk segera tidur karena besok akan pergi pagi-pagi ba’da shubuh. Aku mengiyakan sarannya, sekitar jam 11 malam aku pun terlelap.

AHAD, 02.xx
Aku terbangun oleh suara keras yang berasal dari paklik. Orang yang membuatku berfirasat buruk karena pagi-pagi telah sampai di rumah.
‘ada apa ya? Ko paklik pagi-pagi buta kesini?’ batinku.
Aku pun terbangun dan bergegas meraih HP. Terlihat sebuah miscall dari kakak sepupuku, 1 SMS pemberitahuan ada yang menghubungi (mungkin karena tidak ada sinyal kadi tidak bisa masuk), dan sebuah SMS dari adikku yang tengah berada di Semarang.
‘Mba. Kata mas shonef simbah meninggal di rumah bulik? Bener ga?’  
Serasa mendapati petir di siang bolong, tak ada hujan tak ada mendung. Buru-buru melompat dari tempat tidur sambil berteriak mencari bapak dan ma’e yang juga tengah kalut mendengar berita itu.
“sudah, tenang. Sekarang kita nyiapin tempat sama nyari pinjaman mobil untuk menjemput jenazah simbah, kata bulik tadi minta kita yang menjemput biar disana ngga rame, ditempat bulik kan ada pengajian hari ini” kata bapak menenagkan kami. Tapi aku masih tak bisa tenang, sibuk memikirkan dan flashback aktivitasku selama 24 jam terakhir. Hm.. simbah, semudah itu kau berpulang..
“Rin, jangan lupa izin acara ke Semarang, katanya mau berangkat jam setengah lima”. Kata bapak mengingatkan. Aku pun menghubungi beberapa orang yang bertanggung jawab di agenda ke semarang.
Detik-detik berlalu dengan teramat lambat. Paklik dan adik sepupuku bersama bapak mencari pinjaman mobil tapi tak juga mendapatkan. Tiba-tiba hujan turun teramat deras, akhirnya harus mengehntikan dulu sementara mencari pinjaman mobil sambil terus mengabari bulik karena kami belum dapat mobil. Komikasi menjadi lambat dan tersendat karena sinyalnya pun timbul tenggelam. Yaa Rabb.. mudahkanlah…
Menjelang pukul 4, salah satu sopir bisa dihubungi dan langsung bersiap. Aku telah membereskan tempat untuk jenazah simbah nanti, dan bergegas mengambil air wudhu.
Saat adzan subuh berkumandang dari masjid di dekat rumah, jenazah simbah sampai. Beberapa tetangga yang menyaksikan keramaian pun berdatangan mencari tahu apa yang terjadi. Semua terkaget mendengar kabar simbah putrid meninggal, terlebih beberapa orang yang melihat beliau keluar bersamaku.
Simbah… kulihat ia begitu teduh dalam senyum terakhirnya. Semoga engkau khusnul khatimah, dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah, berkumpul kembali bersama simbah kakung yang telah mendahuluimu…
Dari bulik kudengar ajal simbah teramat singkat dan mudah. Waktu itu beliau bangun menjelang pukul 2 pagi untuk mengambil air wudhu dan shalat malam sebagaimana kebiasannya. Namun baru sampai di depan pintu kamar mandi ia terjatuh. Bulik yang mendengarnya pun bergegas mengejar dan membantu simbah untuk bangkit namun badan simbah sudah lemah. Mendapati kejadian itu bulik segera membimbing simbah untuk melafalkan ‘Allah..Allah..Allah..’ dan tak lama kemudian simbah telah berpulang.
Subhanallah.. akhir yang singkat, dan ini pun menjadi pengingat untukku.
Terlabih saat pagi hari begitu banyak orang yang datang untuk mendo’akan simbah. Aku terharu… mungkin karena simbah begitu berarti buat mereka dan keberadaanya member manfaat untuk banyak orang sehingga ketika ia berpulang, banyak yang mendo’akan dan mengenangnya.
Selamat jalan simbah… semoga harum wangi syurga dan kesiur anginnya menyejukkanmu yang tengah beristirahat di alam kubur….
Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiiha wa’fu ‘anha..
-Simbah Putri, in memoriam_

Posting Komentar untuk "SELAMAT JALAN, MBAH UTI"