Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Baiti Jannati, Rumahku Surgaku




NASIDA RIA ‘RUMAHKU SURGAKU’
Voc. Hj. Mutoharoh - Cipt. Drs. Abu Ali Haidar

Oh sungguh bahagia 
hidup bersama keluarga
penuh kasih sayang mesra
rukun damai sejahtera
rumahku itulah surgaku di dunia
oh sungguh bahagia


bila ada salah paham
yang bisa membikin resah
selalu diselesaikan
dengan jalan musyawarah
bila datang banyak rizki
sekeluarga mensyukuri


bila rizki tak seberapa
dicukupkan seadanya
rumahku itulah surgaku di dunia
oh sungguh bahagia


walau rumahku sederhana
namun tertib bersih rapi
wajah anak anak ceria
sehat menyenangkan hati
kami semua beriman
beribadah pada tuhan


rumah kami penuh rahmat
hingga kami betah di rumah
rumahku itulah surgaku di dunia
oh sungguh bahagia

Baiti Jannati, Rumahku Surgaku - Ayah-Bunda pernah mendengar lagu Rumahku Surgaku yang dinyanyikan oleh grup kasidah NASIDA RIA? *ketahuan umurnya yak :P* sejak kecil dulu saya sering mendengar lagu tersebut yang diputar dan disiarkan dengan speaker masjid dengan volume maksimal tentunya. Rumah orangtua yang hanya berjarak dua rumah dari masjid sudah tentu mendapat akses yang paling banyak.

Mendengar lagu tersebut selalu membuat saya trenyuh. Jika diperhatikan dan dihayati, liriknya memang dalam sekali. Mengingatkan bahwa baiti jannati/rumahku surgaku tidak hanya disebabkan oleh rumah impian yang besar nan megah ataupun keberlimpahan materi. Namun sejatinya ia terletak pada bagaimana suasana dan penerimaan oleh setiap anggota keluarga.
Penuh kasih sayang, rukun, damai, jika ada permasalahan diselesaikan dengan musyawarah, banyak rizki disyukuri jika sedikit dicukupkan, dan seterusnya. Penggambaran rumah tangga idaman, bukan? Namun semua impian itu tidak akan tercapai jika setiap orang hanya memikirkan dirinya sendiri dan tentang bagaimana ia bisa memperoleh kesejahteraan setinggi-tingginya.
Ayah-Bunda yang belum pernah dengar lagu tersebut bisa mendegarnya dari sini:



Imam yang Adil
Seorang suami adalah pemimpin/imam bagi rumah tangganya. Ia adalah pucuk pimpinan dalam struktur masyarakat terkecil itu. Ditangannya terletak tanggung jawab akan masa depan dunia akhirat istri dan anak-anaknya.
Saya tidak akan membahas tentang poligami, meskipun dalam Al-qur’an ada perintah untuk bersikap adil khususnya bagi suami yang memiliki istri dua, tiga, atau empat.
Meski begitu, bukan berarti ketika memiliki satu istri dan anak-anak ia tak punya kewajiban untuk berlaku adil. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
‘Bertakwalah kalian kepada Allah dan bersikaplah adil di antara anak-anak kalian!’ (HR.Bukhari)
Tidak hanya terhadap istri karena suami mempunyai kewajiban untuk menanggung empat wanita, yaitu istrinya, ibunya, anaknya dan saudara perempuannya. Kasihan ya, berat sekali tanggung jawab yang harus mereka pikul. Mungkin begitulah hikmahnya lelaki diciptakan berjiwa maskulin dan tangguh agar ia siap menanggung apa-apa yang menjadi kewajibannya.
Seorang suami yang adil akan memahami bagaimana ia bersikap terhadap istrinya, terhadap ibunya, anaknya dan saudara perempuannya. Jika ia bisa bersikap adil maka kecil kemungkinan akan terjadi konflik dalam keluarga. Masalah memang tak mungkin dihindarkan, tetapi bagaimana menyikapi masalah adalah hal yang bisa berbeda di setiap keluarga. Ada yang bisa lolos dari masalah adapula yang harus limbung karena masalah. Lagi-lagi, kunci utamanya pada seorang suami yang adil.

Mar’ah Shalihah (Wanita Shalihah)
Istri, adalah komponen selanjutnya dari bangunan bernama rumah tangga. Seorang istri shalihah akan senantiasa taat kepada Allah dan Rasulnya, menghormati suaminya dan menjaga dirinya ketika jauh dari suami.
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhriy berkata, telah menceritakan kepadaku Salim bin 'Abdullah dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Seorang imam (kepala Negara) adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas orang yang dipimpinnya. Seorang isteri di dalam rumah tangga suaminya adalah pemimpin dia akan diminta pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya. Seorang pembantu dalam urusan harta tuannya adalah pemimpin dan dia akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Dia berkata; "Aku mendengar semuanya ini dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan aku menduga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda: "Dan seseorang dalam urusan harta ayahnya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Maka setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya ".
(HR Bukhari)

Ayah-Bunda pernah mendengar kisah seorang sahabat nabi yang tidak mau menerima tamu saat suaminya tengah berada dalam medan perang? Kurang lebih itulah gambaran bagaimana seorang istri menjaga dirinya ketika dia tidak bersama dengan suaminya.
Wanita shalihah adalah perhiasan dunia, dialah yang akan membuat dunia berwarna surga dan mendukung suami untuk mewujudkan rumah tangga sakinah mawaddah, rahmah, tarbiyah dan dakwah.

Zaujah Muthiah (Istri yang Taat)
Setelah akad nikah terlaksana dan terbina hubungan halal antara sepasang anak manusia, maka yang pertama kali harus diatati setelah Allah dan Rasulullah adalah sang suami.
Memang tak mudah seperti membalik telapak tangan, karena suami-istri adalah orang yang dipertemukan setelah dewasa, dari dua karakter berbeda, keluarga yang berbeda, kebiaasaan yang berbeda, dll. Pantaslah jika Allah menjanjikan surga bagi istri yang menaati suaminya.
“Apabila seorang istri, menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, memelihara kemaluannya, dan mentaati suaminya, niscaya Allah SWT akan memasukkannya ke dalam surga”. (Ibnu Hibban)


Ummul Madrasah (Pendidik Generasi)
Ibu adalah madrasah utama bagi anak-anaknya. Bahkan jauh sejak ‘memilihkan’ calon ayah untuk anak-anaknya, sebagaimana seorang ayah yang memilihkan ibu untuk anak-anaknya. Setelah itu saat berada dalam kandungan dimana bonding seorang ibu dan anak terjalin melalui plasenta yang menghubungkan keduanya, apa yang dilakukan oleh ibu akan sangat berpengaruh terhadap buah hatinya. Maka banyak disarankan untuk mengajaknya berkomunikasi, menstimulasi, dll.
Setelah si buah hati lahir pun, tugas untuk mendidiknya tak pernah berhenti, bahkan semakin banyak.
Sejatinya, tugas mendidik anak adalah tanggung jawab dua orang suami istri, hanya saja istri lah yang menjadi pintu utamanya. Untuk itu, setiap orang (muslimah khususnya) harus menyiapkan diri sejak awal untuk mengemban tugas ini. Baik nantinya berkarier di luar rumah maupun berkarya dari rumah, mendidik anak tak bisa dilepaskan dari pundaknya.
insyaAllah, dengan hal-hal tersebut ditambah kelapangan hati untuk menerima ketentuan dari Allah maka ‘rumahku surgaku’ akan terwujud. Dan jika keduanya shalih, maka mereka akan mudah untuk ‘menshalihkan’ anak-anaknya.
Selain itu, sebuah bangunan ‘baiti jannati’ pun punya andil besar dalam perannya di masyarakat. Menjadi bagian dari peradaban manusia dan tabungan amalnya kelak.

"Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar."
(QS At Taubah [9]: 72)

Bagaimana agar bisa membangun ‘rumahku surgaku?’ semoga bisa membahasnya di lain kesempatan.

Allahu a’lam, semoga bermanfaat

Apa yang dirasakan saat melihat gambar ini?
ilustrasi credit pixabay

1 komentar untuk "Baiti Jannati, Rumahku Surgaku"

  1. Aku mau meluk kucingnya mbak, asli pas liat gambarnya, huhuhu.

    Salam,
    Shera.

    BalasHapus